SISTEM BILANGAN
Peralatan yang
menggunakan system digital dalam operasinya berdasar kepada perhitungan-perhitungan yang erat kaitannya
dengan penggunaan sistem bilangan.
Dalam rangkaian logika kita mengenal
bermacam-macam bilangan yang diantaranya adalah bilangan desimal, bilangan
biner, bilangan oktal, dan bilangan hexadesimal.
A. JENIS DAN KONVERSI SISTEM BILANGAN
1. Bilangan Desimal
Pada umumnya
dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan sistem bilangan desimal, yaitu
bilangan yang terdiri dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Dari deretan
angka-angka diatas maka setelah angka 9 akan terjadi angka-angka yang
lebih besar seperti 10, 11, 12, 13 dan
seterusnya. Angka-angka tersebut merupakan kombinasi dari angka 0 sampai 9.
Angka-angka 0 sampai 9 ini dinamakan desimal digit, dimana harga-harga dari desimal digit
tersebut tergantung dari letak urutannya atau yang disebut harga tempat. Jadi bilangan desimal
mempunyai 10 suku angka atau disebut juga radik. Radik adalah banyaknya suku angka atau digit yang dipergunakan
dalam suatu sistim bilangan.
Dengan demikian maka RADIX suatu sistem bilangan dapat ditentukan dengan rumus
R = n + 1. Dimana R = Radik dan n = angka akhir dari sistem bilangan.
Setiap sistem
bilangan mempunyai RADIX yang berbeda seperti:
- Sistem bilangan Biner mempunyai Radix = 2
- Sistem bilangan Oktal mempunyai Radix = 8
- Sistem bilangan Desimal mempunyai Radix = 10
- Sistem
bilangan Hexadesimal mempunyai Radix = 16
2. Bilangan Biner
Perlu diketahui
bahwa pada rangkaian digital atau rangkaian logika sistem operasinya
menggunakan prinsip adanya dua kondisi yang pasti yaitu:
a. Logika “1” atau “0”
b. Ya atau Tidak
c. High atau Low
d. True (benar) atau False (salah)
e. Terang atau Gelap
Kondisi-kondisi
tersebut dapat dilukiskan sebagai saklar yang sedang menutup (on) dan saklar yang sedang terbuka ( off ).
Metode bilangan yang sesuai dengan prinip kerja dari saklar tersebut adalah penerapan bilangan
biner atau dalam bahasa asingnya binary number. Pada bilangan biner jumlah digitnya
adalah dua yaitu “0” dan “1”, sedangkan untuk sistim bilangan lainnya adalah
seperti berikut ini:
- Bilangan biner (2 digit ): 0, 1
- Bilangan oktal (8 digit): 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7
- Bilangan desimal (10 digit) : 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9
- Bilangan hexades imal: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, A, B, C, D, E, F
Seperti sudah
dijelaskan diatas bahwa bobot bilangan dari suatu sistim bilangan tergantung
dari letak susunan digit nya atau disebut juga harga tempat.
Harga tempat dari
bilangan desimal adalah:
Dst. ---
|
10.000
|
1.000
|
100
|
10
|
1
|
10n ---
|
104
|
103
|
102
|
101
|
10
|
Berdasarkan harga
tempat diatas, maka kita dapat
menentukan bobot bilangan dari suatu sistem bilangan tertentu. Sebagai contoh
misalnya bilangan desimal 4567 atau ditulis (4567)10 mempunyai bobot
bilangan sebagai berikut:
Dst. ---
|
10.000
|
1.000
|
100
|
10
|
1
|
---------
|
|
4 x 103
|
5 x 102
|
6 x 101
|
7 x 10
|
Jadi (4567)10 = 4000 + 500 + 60 + 7
Harga tempat dari
bilangan biner adalah:
Biner
|
28
|
27
|
26
|
25
|
24
|
23
|
22
|
21
|
20
|
Desimal
|
256
|
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
Perlu diketahui
bahwa angka biner yang dipergunakan dalam sistim bilangan biner disebut BIT
(Binary Digit ). Sebagai contoh misalnya:
101 = 3 BIT
1101 = 4 BIT
11010 = 5 BIT
BILANGAN BINER
|
BILANGAN
DESIMAL
|
0
0 0 0
0
0 0 1
0
0 1 0
0
0 1 1
0
1 0 0
0
1 0 1
0
1 1 0
0
1 1 1
1
0 0 0
1
0 0 1
1
0 1 0
1
0 1 1
1 1
0 0
1 1
0 1
1 1
1 0
1 1
1 1
|
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka 1
bilangan biner akan bertambah besar apabila bergeser kekiri. Dengan demikian
digit paling kiri merupakan angka satuan yang terbesar dan digit
paling kanan merupakan angka satuan terkecil.
2.1 Merubah bilangan biner menjadi bilangan
desimal
Dalam perhitungan
operasi logika pada umumnya bilangan biner diberi tanda (....)2 sedangkan
bilangan desimal diberi tanda (....)10 Adapun maksud penandaan tersebut.
adalah untuk membedakan jenis dan tiap-tiap sistem bilangan.
Contoh: Bilangan
biner (1101)2
Bilangan oktal (142)8
Bilangan desimal (96)10
Bilangan hexadesimal (2B)16
Contoh soal:
Rubahlah bilangan biner (11101)2 menjadi bilangan desimal
Soal diatas dapat
diselesaikan dengan 3 cara yaitu:
Cara pertama:
Biner
|
28
|
27
|
26
|
25
|
24
|
23
|
22
|
21
|
20
|
Desimal
|
256
|
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
Biner
|
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
Jadi bilangan biner (11101)2
= 16+8+4+1 = 29
Cara kedua:
(11101)2
= (1x24 ) + (1x23
) + (1x22 ) + (10x21 ) + (1x20)
=
16 + 8 + 4 + 0 + 1 =
(29)10
2.2
Merubah
bilangan desimal menjadi bilangan biner
Untuk merubah
bilangan desimal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Menggunakan harga tempat dan membagi
dua terus menerus bilangan desimal.
Contoh: Rubahlah
bilangan desimal (53)10 menjadi bilangan biner.
Jawab: cara
pertama dengan menggunakan harga tempat
Biner
|
28
|
27
|
26
|
25
|
24
|
23
|
22
|
21
|
20
|
Desimal
|
256
|
128
|
64
|
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
(53)10 = 32 + 16 + 0 +
4 + 0
+ 1
= 25
+ 24 +
0 + 22
+ 0 + 20
= 1 1 0
1 0 1
Jadi (53)10 = (110101)2
Cara kedua:
Dengan membagi 2
terus menerus sampai sisanya menjadi 0 atau 1 dan pembacaannya mulai dari
bawah.
53/2 = 26
sisa 1
26/2 = 13
sisa 0
13/2 = 6
sisa 1
6/2 = 3
sisa 0
3/2 = 1
sisa 1
1/2 = 0
sisa 1
Jadi (53)10 = (110101)2 . Dibaca dari bawah
keatas.
3 Bilangan Oktal
Dalam rangkaian
logika selain bilangan desimal dan bilangan biner, kita mengenal pula bilangan
oktal. Bilangan oktal mempunyai 8 buah digit yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, radik bilangan oktal adalah 8. Dalam
bilangan oktal tidak ada angka 8 dan 9, angka selanjutnya setelah angka 7
adalah angka 10, 11, 12 dan seterusnya. Agar lebih jelas perhatikan bilangan
oktal dibawah ini.
0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7 selanjutnya 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, selanjutnya 20, 21, 22, 23,
24, 25, 26, 27 selanjutnya 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37 dan seterusnya.
Sama halnya
dengan bilangan biner dan bilangan desimal, bilangan oktal mempunyai harga
tempat seperti dibawah ini:
Oktal
|
84
|
83
|
82
|
81
|
80
|
Desimal
|
4096
|
512
|
64
|
8
|
1
|
3.1 Merubah bilangan oktal menjadi bilangan
desimal
Untuk merubah
bilangan oktal menjadi bilangan desimal dapat dilakukan dengan harga tempat. Caranya adalah dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
·
Letakkan
bilangan oktal dibawah harga tempatnya
·
Kalikan
masing-masing digit dari bilangan oktal sesuai dengan harga tempatnya
·
Jumlahkan
hasil perkalian masing-masing digit bilangan oktal
Contoh:
Rubahlah bilangan oktal (234)8 menjadi bilangan desimal
Penyelesaian:
Oktal
|
82
|
81
|
80
|
Desimal
|
64
|
8
|
1
|
(2x82
) + (3x81 ) + (4x80 ) = (2x64) + (3x8) + (4x1) = 128 + 24
+4 = 156
Jadi (234)8
= (156)10
3.2 Merubah bilangan desimal menjadi bilangan
oktal
Merubah bilangan
desimal menjadi bilangan oktal dapat dilakukan dengan menggunakan harga tempat dan membagi 8 bilangan desimal
terus menerus dan hasilnya dibaca dari bawah keatas.
Contoh: Rubahlah
bilangan desimal (678)10 menjadi bilangan oktal.
Soal diatas dapat
diselesaikan dengan mudah dan sederhana dengan cara membagi 8 bilangan desimal
secara terus menerus.
678/8 = 84
sisa 6
84/8 =
10 sisa 4
10/8
= 1 sisa 2
1/8
= 0 sisa 1
Dibaca dari bawah keatas = (1246)8
3.3 Merubah bilangan oktal menjadi bilangan
biner
Untuk merubah
bilangan oktal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan cara merubah
setiap angka dari bilangan oktal menjadi bilangan biner 3 bit.
Contoh: Rubahlah
bilangan oktal (65)8 menjadi bilangan biner
Penyelesaian:
(65)8 6 = (110)2
5 = (101)2
Jadi (65) = (110 101)2
3.4 Merubah bilangan biner menjadi bilangan
oktal
Untuk merubah
bilangan biner menjadi bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara
mengelompokkan bilangan biner 3 bit mulai dari sebelah kanan, kemudian kelompok
tiga bit tersebut diubah kedalam bilangan desimal.
Contoh: Rubahlah
bilangan biner (101110111)2 menjadi bilangan oktal
Penyelesaian:
(101110111)2 = (101
110 111)2
5 6 7
Jadi (101110111)2 =
(567)8
4 Bilangan Hexadesimal
Bilangan
hexadesimal mempunyai 16 suku angka/digit seperti berikut ini: 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Huruf-huruf A sampai F adalah sebagai
pengganti dari angka-angka bilangan desimal mulai dar i 10 sampai 15.
(A )16
= (10)10 (D)16
= (13)10
(B )16
= (11)10 (E)16
= (14)10
(C)16
= (12)10 (F)16 = (15)10
Seperti juga
halnya dengan sistem bilangan lainnya, maka sistem bilangan hexadesimal juga
mempunyai harga tempat seperti dibawah ini.
Hexadesimal
|
163
|
162
|
161
|
160
|
Desimal
|
4096
|
256
|
16
|
1
|
Urutan bilangan hexadesimal
dan bilangan lainnya adalah seperti dibawah ini.
Persamaan
bilangan
Hexsadesimal
|
Desimal
|
Oktal
|
Biner
|
1
|
1
|
1
|
0001
|
2
|
2
|
2
|
0010
|
3
|
3
|
3
|
0011
|
4
|
4
|
4
|
0100
|
5
|
5
|
5
|
0101
|
6
|
6
|
6
|
0110
|
7
|
7
|
7
|
0111
|
8
|
8
|
10
|
1000
|
9
|
9
|
11
|
1001
|
A
|
10
|
12
|
1010
|
B
|
11
|
13
|
1011
|
C
|
12
|
14
|
1100
|
D
|
13
|
15
|
1101
|
E
|
14
|
16
|
1110
|
F
|
15
|
17
|
1111
|
4.1 Merubah bilangan hexadesimal menjadi
bilangan biner
Untuk merubah
bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner dapat ditempuh dengan cara merubah setiap digit dari bilangan
hexadesimal menjadi bilangan biner 4 bit, kemudian menyusunnya berdasarkan urutannya. Bilangan
hexadesimal dalam penulisannya diberi tanda (....)16 untuk
membedakan dengan bilangan lainnya.
Contoh: Rubahlah
bilangan hexadesimal (B4C)16 menjadi bilangan biner.
Penyelesaian:
(B )16 = (1011)2
(4)16 = (0100)2
(C)16 = (1100)2
Jadi bilangan hexadesimal (B4C)16
= (1011 0100 1100)2
4.2 Merubah bilangan biner menjadi bilangan
hexadesimal
Cara yang mudah
untuk merubah bilangan biner menjadi bilangan hexadesimal ialah dengan cara
mengelompokkan setiap 4 bit bilangan biner mulai dari digit paling
kanan. Kemudian setelah dikelompokkan,
tiap kelompok 4 bit tersebut dirubah menjadi bilangan hexadesimal.
Contoh: Rubahlah
bilangan biner (11010101)2 menjadi bilangan hexadesimal.
Penyelesaian:
(11010101)2 kelompok
sebelah kiri (1101)2 = (D)16
kelompok sebelah kanan (0101)2
= (5)16
Jadi (11010101)2 = (D5)16
Soal: Rubahlah
bilangan biner (101000101011)2 menjadi bilangan hexadesimal.
Penyelesaian:
(101000101011)2 = (1010 0010
1011)2 = (A 2 B)16
4.3 Merubah bilangan hexadesimal menjadi
bilangan desimal
Untuk merubah
bilangan hexadesimal menjadi bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara
seperti dibawah:
Rubahlah bilangan
hexadesimal menjadi bilangan desimal.
(2B)16 = (.....)10
Penyelesaian:
Pertama-tama ubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner.
(2B)16 (2)16 = (0010)2
(B)16 = (1011)2
Hasilnya
adalah (2B)16 = (0010 1011)2
Selanjutnya
bilangan biner (0010 1011)2 dirubah dalam bentuk bilangan desimal =
(43)10
Soal diatas juga
dapat diselesaikan dengan menggunakan harga tempat.
Hexadesimal
|
163
|
162
|
161
|
160
|
Desimal
|
4096
|
256
|
16
|
1
|
|
|
|
2
|
B
|
(2B) = (2x161 ) + (11x160
) = (2x16) + (11x1) = 32 + 11 = 43
Jadi bilangan
hexadesimal (2B)16 = (43)10
B. OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN SISTEM
BILANGAN
1. Penjumlahan Bilangan
Penjumlahan
Bilangan Biner
Pada penjumlahan
berlaku aturan seperti di bawah ini,
0 +
0 = 0
0 +
1 = 1
1 +
0 = 1
1 +
1 = 0 / + 1 sebagai carry
1 +
1 + 1
= 1 / + 1 sebagai carry
Seperti cara
penjumlahan bilangan desimal yang kita kenal sehari-hari, penjumlahan bilangan
biner juga harus selalu memperhatikan carry (sisa) dari hasil penjumlahan pada
tempat yang lebih rendah.
Contoh
Data A
= 1 0
0 1 1
0 1 0
dan data B = 0
1 0 0
1 0 0
1 akan dijumlahkan ,
Data A =
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
15410
|
Data B =
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
7310
|
Carry
|
|
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
A + B
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
22710
|
Dalam contoh di
atas, telah dilakukan penjumlahan 8 bit tanpa carry, sehingga hasil
penjumlahnya masih berupa 8 bit data. Untuk contoh di bawah akan dilakukan
penjumlahan 8 bit yang menghasilkan carry.
Contoh
Data A
= 1 0
0 1 1
0 1 0
dan data B
= 1 1
1 0 0
0 1 1
akan dijumlahkan ,
Data A =
|
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
15410
|
Data B =
|
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
22710
|
Carry
|
1
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
A + B
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
38110
|
Hasil penjumlahan
di atas menjadi 9 bit data, sehingga untuk 8 bit data, hasil penjumlahannya
bukan merupakan jumlah 8 bit data A dan B tetapi bit yang ke-8 (dihitung mulai
dari 0) atau yang disebut carry juga harus diperhatikan. sebagai hasil
penjumlahan.
Penjumlahan
Bilangan Oktal
Proses penjumlahan
bilangan oktal sama seperti proses penjumlahan bilangan desimal. Sisa akan
timbul / terjadi jika jumlahnya telah melebihi 7 pada setiap tempat.
Contoh
a. Bilangan Oktal A=2328 dan bilangan
Oktal B = 1118 akan dijumlahkan
Bilangan Oktal
A=
|
2
|
3
|
28
|
= 15410
|
Bilangan Oktal
B=
|
1
|
1
|
18
|
= 7310
|
Carry
|
|
|
|
|
Hasil A
+ B =
|
3
|
4
|
38
|
= 33710
|
b. Bilangan Oktal
A=2328 dan bilangan Oktal B = 6678 akan dijumlahkan
Bilangan
Oktal A=
|
|
2
|
3
|
28
|
= 15410
|
Bilangan
Oktal B=
|
|
6
|
6
|
78
|
= 43910
|
Carry
|
1
|
1
|
1
|
|
|
Hasil A
+ B =
|
1
|
1
|
2
|
18
|
= 59310
|
Penjumlahan
Bilangan Heksadesimal
Dalam penjumlahan
bilangan heksadesimal, sisa akan terjadi jika jumlah dari setiap tempat
melebihi 15.
Contoh
a.
Bilangan Heksadesimal A =9A16 dan bilangan Heksadesimal B = 4316
akan dijumlahkan ,
Bilangan
Heksadesimal A=
|
9
|
A16
|
= 15410
|
Bilangan
Heksadesimal B=
|
4
|
316
|
= 6710
|
Carry
|
|
|
|
Hasil A
+ B =
|
D
|
D16
|
= 22110
|
b. Bilangan Heksadesimal A = E8 dan bilangan Heksadesimal
B= 9A akan dijumlahkan ,
Bilangan
Heksadesimal A =
|
|
E
|
816
|
=
23210
|
Bilangan
Heksadesimal B =
|
|
9
|
A16
|
=
15410
|
Carry
|
1
|
1
|
|
|
Hasil A
+ B =
|
1
|
8
|
216
|
=
38610
|
2. Pengurangan Bilangan
Pengurangan
Bilangan Biner
Pada pengurangan
bilangan biner berlaku aturan seperti di bawah ini,
0 -
0 = 0
0 -
1 = 1 / - 1 sebagai borrow
1 -
0 = 1
1 -
1 = 0
0 -
1 - 1 =
0 / - 1 sebagai borrow
1 -
1 - 1 =
1 / - 1 sebagai borrow
Pada pengurangan
jika bilangan yang dikurangi lebih kecil dari pada bilangan pengurangnya maka
dilakukan peminjaman ( borrow ) pada tempat yang lebih tinggi.
Contoh
Data A = 1 0 0 1
1 0 1 0 dan data B = 0 1 0 0 1 0 0 1 akan dikurangkan ,
Data A =
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
= 15410
|
Data B =
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
= 7310
|
Borrow
|
1
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
Hasil A - B =
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
= 8110
|
Pengurangan
Bilangan Biner Melalui Komplement dan Penjumlahan
Aturan
pengurangan diatas untuk sistem microcomputer tidak cocok, oleh karena itu
digunakan cara komplement dan penjumlahan.
Komplement adalah
hasil inverter dari bilangan biner. Cara meng-inverter dari bilangan biner biasanya disebut One's
Complement atau Einerkomplement atau Komplemen Satu Contoh
Data A = 1 0 0 1
1 0 1 0 dan data B = 0 1 0 0 1 0 0 1 akan dikurangkan ,
Data B
dikomplemen
Data
B =
0 1 0
0 1 0 0
1
Komplemen satu B = 1 0
1 1 0
1 1 0
Pengurangan
Langkah
Pertama
Data A = 1
0 0 1
1 0 1 0
Komplemen satu B = 1 0
1 1 0
1 1 0
Hasil Sementara
A + B = 1 0
1 0 1
0 0 0 0
Hasil Sementara
Sisa ( Carry )
Langkah Kedua
Karena
menghasilkan sisa (carry) 1(high), maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pengurangannya adalah bilangan Positip yang artinya bahwa pengurang
lebih kecil dibandingkan dengan yang dikurangi. Jika dilakukan pengecakan dari
hasil pengurangan (hasil sementara),
maka hasil di atas kurang 1 (satu) dibandingkan dengan hasil yang seharusnya (010100002 = 8010).
Untuk mengoreksi hasil pengurangan tersebut maka hasil sementara
ditambah dengan 1 sehingga hasil yang dimaksud menjadi,
Hasil Sementara = 0
1 0 1
0 0 0 0
1
Hasil A + B = 0 1
0 1 0
0 0 1 = 8110
Perkalian dan
Pembagian
Perkalian dan
pembagian memanfatkan proses penambahan dan proses pengurangan. Perkalian berarti pengulangan proses
penambahan sedangkan pembagian berarti
pengulangan proses pengurangan sesuai dengan besarnya penyebut (pengali
atau pembaginya ).
Perkalian
Bilangan Biner
Perkalian dua
bilangan biner mempunyai aturan yang sama dengan perkalian bilangan desimal. Proses perkalian bilangan A dan B
dilakukan dengan cara mengalikan secara
individu bilangan A dengan setiap
bit bilangan B, kemudian semua hasil perkaliannya ditambahkan menurut susunan bit yang
sesuai.
Contoh
Bilangan desimal
A = 49 dikalikan dengan bilangan desimal B = 103, dapat diselesaikan dengan
cara seperti di bawah ini,
A x B =
|
|
|
4
|
9
|
|
|
1
|
0
|
3
|
|
|
1
|
4
|
7
|
|
|
0
|
0
|
|
|
4
|
9
|
|
|
|
5
|
0
|
4
|
7
|
Contoh
Bilangan biner A
= 110001 dikalikan dengan bilangan biner B = 1100111, dapat diselesaikan
seperti di bawah ini,
A x B =
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
Untuk bilangan
biner pengalinya hanya berharga 0 atau 1, oleh karena itu perkalian bilangan
biner hanya memerlukan operasi penjumlahan dan operasi geseran.
Pembagian
Bilangan Biner
Operasi pembagian
dua bilangan biner secara terpisah dapat juga digambarkan sebagai operasi pengurangan dan operasi geser.
Contoh
Bilangan desimal A = 156 dibagi dengan
bilangan desimal B = 13, dapat diselesaikan dengan cara seperti di bawah ini,
A : B =
|
|
1
|
2
|
|
|
|
13
|
1
|
5
|
6
|
|
|
|
1
|
3
|
|
|
|
|
|
2
|
6
|
|
|
|
|
2
|
6
|
|
|
|
|
|
0
|
|
A :
B = 12
Contoh
Bilangan biner A = 10011100 dibagi dengan
bilangan biner B = 1101, dapat diselesaikan seperti di bawah ini,
10011100 : 1101
=
|
|
1
|
1
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
1101
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
1
|
1
|
0
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
10011100
: 1101 = 1100